Tadi pagi, saya mendengarkan radio smart fm, dan mendengar bincang bincang ayahedi, seorang praktisi dan pakar bidang terapi anak anak dan edukasi anak anak.
Saya sangat tertarik dengan pola bahasannya yang sangat sangat membantu saya, membantu memberikan reminder bagi saya dan juga mungkin bisa di share kepada para orang tua dan para pendidik.
Kata ayahedi, seringkali kita dengan mudah memberi cap dan memberi gelaran dan juga pandangan pandangan yang negatif kedapa anak anak kita. Kita dengan mudah mengatakan :
" begitu saja kok ndak bisa!", wah anak kok kayak gini!", ibu capek mengajari kamu, kamu kok lambat belajar sih, gak kayak kakak-kakakmu, kayaknya kamu gak cocok deh di kelas ini, dan lain lain.
Sadar atau tidak sadar, anak anak yang telah kita beri cap negatif tersebut akan merasa tertekan dan cenderung tidak akan bisa berkembang, karena takut untuk membuat "KESALAHAN LAGI" versi kita, atau versi gurunya.
Padahal, kita semua harus yakin, bahwa seorang anak itu lahir sebagai MASTERPIECE dari Tuhan, yang dipercayakan pada kita. Akankah kita dengan mudah menyalahkan anak kita yang kurang pandai lah, lambat belajarlah, kurang gesit, terlalu hiperaktif atau malah autis.
berikut cuplikan tulisan yang menarik dari ayahedi :
Setiap keterlambatan proses perkembangan motorik anak umumnya lebih disebabkan oleh dua hal; yang pertama pola asuh orang tua yang kurang memberikan kebebasan pada anaknya untuk melakukan aktivitas yang bervariasi dan yang kedua karena tipe belajarnya visual jadi sama sekali tidak ada kaitan dengan kecerdasan. Bahkan sering terjadi keterlambatan di motorik ini diimbangi oleh kekuatan berpikir di otak kanannya yang luar biasa.
Sedangkan kemampuan bicara yang terlambat, tidak lancar dan menjawab tidak sesuai dengan topiknya, itu lebih cocok dengan ciri-ciri anak yang berpikir dengan otak kanannya; dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kecerdasannya. Pelajarilah kembali hasil temuan Bruce Perry mengenai perbedaan cara bekerja otak kiri dan otak kanan anak kita
Semua keterlambatan yang terjadi pada anak otak kanan lebih disebabkan pada pola belajarnya yang berbeda dengan anak otak kiri. Dalam belajar, anak otak kanan perlu merekam dahulu sebelum melakukan eksekusi persoalan, dan proses perekaman itu pada tahap awal memerlukan waktu sekitar 10 detik dan jika sudah terbiasa waktunya hanya 1 atau 2 detik saja, sementara anak dengan dominan otak kiri langsung mengeksekusi baru kemudian merekam.
Ciri-ciri ini pernah terjadi pada Albert Einstain dan Leonardo Da Vinci, bahkan sejarah pernah mencatat bahwa sampai usia dewasa Da Vinci masih sulit untuk menghapal Alphabet.
Wah, saya jadi mengerti sekarang, ternyata SANGATLAH TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI KITA DAN ANAK ANAK KITA bila kita dengan mudah putus asa dan menggolong golongkan anak kita sebagai anak yang pandai, bodoh, diatas rata rata, di bawah rata rata atau bahkan anak terbelakang. Karena dibalik itu semua ternyata tersimpan bakat yang sangat besar, yang belum kita ketahui.
Ingat, anak kita adalah sebuah MAHAKARYA paling sempurna dari Tuhan, Jadi mengapa kita ragu akan hal itu ?????
1 comment:
Perlu sosialisasi program dan tempat edukasi seperti ini di TV atau di mall. dan merupakan input wajib bagi para guru maupun orang tua. Kita hindari Luka batin pada anak2 karena ketidak tahuan kita.
Post a Comment